About Myself

Foto saya
Kiky seneng banget nonton film,nonton pertunjukan jazz, makan es krim, travelling, dan lagi suka warna putih...

Jumat, 09 Januari 2009

COMMUNICATION… On My Point OF View.

KNOWLEDGE SHARING PART 3

Salah satu aksioma komunikasi adalah “One cannot not communicate” (manusia tidak bisa tidak berkomunikasi). Diam pun seseorang, masih bisa dimaknai oleh orang lain. Itu hal yang pertama kali saya pelajari ketika di semester satu saya kuliah di S-1 Komunikasi. Lama kelamaan saya mulai menyadari dan memahami bahwa memang kita berkomunikasi tidak hanya dengan bahasa verbal tetapi juga bahasa non verbal. Bahkan banyak penelitian yang mengatakan bahwa bahasa non verbal sangatlah dahsyat maknanya. Lebih lanjut, apabila kita mendapatkan bahasa verbal dan bahasa non verbal secara bersamaan dan saling bertolak belakang dari seseorang, maka yang paling bisa dipercaya justru adalah bahasa non verbal. Mengapa demikian? Bahasa non verbal lah yang tidak bisa berbohong, sedangkan lidah paling pandai dalam bersilat kata. Sangat unik dan menarik memang ketika seseorang mempelajari sesuatu yang menjadi jantung dari kehidupan yaitu komunikasi.


Saya bertemu banyak orang dalam pekerjaan dan hidup saya, dengan beraneka karakteristik personalnya dan gaya berkomunikasinya. Saya kemudian mempelajari kadang orang tidak bisa menyampaikan maksudnya dengan bahasa tutur yang bisa diterima dan dimengerti oleh lawan bicaranya, dan terkadang hal itu pun saya alami. Secara teoritis memang ketika berkomunikasi dengan pihak lain, hal pertama yang dilakukan adalah kenali dengan benar siapa audience anda dan berbicaralah dengan bahasa yang bisa dipahami oleh audience anda (secara garis besar hal ini berhubungan dengan U-attitude). Hal ini penting sehingga kesamaan bahasa setidaknya akan menimbulkan kesamaan persepsi antara si pemberi pesan (komunikator) dan si penerima pesan (komunikan). Kesamaan bahasa yang dimaksud termasuk dari pilihan kata, pilihan intonasi, dsb. Setiap orang akan senang ketika menemukan lawan bicara yang seirama dengannya. Perhatikan betul bagaimana orang yang kita ajak berbicara memberikan feedback (verbal dan non verbal) kepada kita, karena kita akan langsung bisa memberikan feedback yang sesuai setelahnya. Dari cara kita berbicara dan cara dia atau mereka berbicara akan mencerminkan siapa sesuangguhnya kita, anda atau mereka. Bagaimana kepribadian, sopan santun, tingkat pendidikan, dan atribut lainnya.


Hal yang lebih dalam lagi adalah ketika berbicara dengan orang lain adalah perlu disesuaikan dengan kepribadiannya. Hal ini akan bisa menjadi senjata ampuh ketika kita memiliki tujuan tertentu terhadap orang tersebut. Proses persuasi itu akan berjalan dengan lancar tanpa orang tersebut sadari. Untuk hal yang satu ini memang membutuhkan banyak pengalaman dan peka dalam menerjemahkan bagaimana kepribadian orang itu sebenarnya. Banyak orang tidak mengasahnya, padahal hal ini simpel tetapi butuh banyak praktek dan jam terbang. Saya yakin setiap orang bisa, asalkan ada kemauan. Ada banyak teori kepribadian yang orang ketahui tetapi hanya dalam tataran teoritis, dan terkadang belum diamalkan dalam tataran hati dan perasaan. Setiap orang bisa mempelajari katagorisasi kepribadian yang simpel dan dipraktekkan dengan memperhatikan banyak orang. Dan dengan sendirinya, anda akan merasakan bahwa setiap orang memiliki aura dan energinya tersendiri serta ada kemiripan antara satu dengan yang lain dalam satu katagorisasi kepribadian. Berdasarkan pengalaman saya, jika sudah terbiasa memahami masing-masing orang dengan mata hati walaupun hanya lewat suara di telepon atau foto saja, sudah dapat menebak bagaimana sebenarnya orang itu. Ini bukan ilmu cenayang, atau ilmu yang secara eksklusif dimiliki oleh para psikolog, siapa saja bisa mempelajari dan memanfaatkannya.


Orang berkomunikasi juga perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu. Karena situasi dan kondisi itu sebenarnya sebuah pertanda atas pilihan komunikasi yang digunakan. Orang berkomunikasi juga diasah dari kemampuan dia menjadi pendengar yang baik. Seberapa baik ia menjadi pendengar, akan mengasah daya berkomunikasinya. Hal ini sangat diperlukan empati dan rasa menghormati. Pada satu titik, apapun bahasa yang dikeluarkan dari mulut seseorang entah dari ras manapun, pendidikan apapun, status sosial apapun tidak membuat kita merasa tersinggung atau terganggu. Mengapa saya kata demikian, karena kita semakin memahami siapa orang yang berbicara dan itulah dia (dengan segala atribut yang ia miliki). Pada satu titik, jika kita mampu menjadi seorang komunikator yang baik adalah mampu memahami setiap orang dan berempati. Orang tidak memahami apa yang kita katakan, bukan berarti mereka bodoh (ini yang seringkali diucapkan oleh banyak orang!), tetapi kita sebagai komunikator kurang mampu membahasakan apa yang kita maksud dengan baik dan benar dengan lawan bicara kita. Justru dari pihak komunikator lah yang perlu banyak berintrospeksi.


Hal lain yang perlu dipahami benar adalah kenalilah diri sendiri baru mengenali orang lain. Pahamilah dengan baik karakter kita karena hal ini akan berpengaruh terhadap proses komunikasi yang berlangsung dengan siapa saja. Jika terus introspeksi maka akan pada satu titik pengendalian diri, pendewasaan diri dan menjadi orang yang bijak dalam bertutur kata. Karena sebenarnya berkata-kata tidaklah mudah, sehingga menantang kita untuk selalu mengasah skill yang ini untuk menjadi good communicator!

Tidak ada komentar: